My Visitor

Isnin, 21 Mei 2012

Anak Kecil Yang Takut Api Neraka


Dalam sebuah riwayat menyatakan bahawa ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, sedang dia berjalan-jalan dia terpandang seorang anak kecil sedang mengambil wuduk' sambil menangis.

Apabila orang tua itu melihat anak kecil tadi menangis, dia pun berkata, "Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?"

Maka berkata anak kecil itu, "Wahai pak cik saya telah membaca ayat al-Quran sehingga sampai kepada ayat yang berbunyi, "Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum" yang bermaksud, " Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu." Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka."

Berkata orang tua itu, "Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalam api neraka."

Berkata anak kecil itu, "Wahai pak cik, pak cik adalah orang yang berakal, tidakkah pak cik lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa."

Berkata orang tua itu, sambil menangis, "Sesungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?"

Wassalam!!!! .

Pencinta Rasulullah


Kata Sayyidina Ali: Allah SWT mengetahui betapa aku tidak suka memimpin pemerintahan atau memegang kekuasaan di kalangan umat Nabi Muhammad SAW sebab aku mendengar sendiri baginda bersabda, ” Tidak ada seorang penguasa pun yang memerintah umatku, yang kelak tidak akan dihadapkan kepada rakyatnya, untuk diperlihatkan catatan-catatan perbuatanya. Jika dia seorang yang adil, maka selamatlah. Tapi jika dia seorang yang berlaku zalim, akan tergelincirlah ke dalam Neraka.

Allah SWT mentakdirkan Sayyidina Ali meninggal dunia pada 17 Ramadhan tahun 40 Hijrah. Ketika beliau sedang berjalan menuju ke masjid untuk sembahyang Subuh, tiba-tiba muncul Abdul Rahman bin Muljam dengan pedang terhunus. Pedang itu telah mencederakan Sayyidina Ali dengan parah hingga beliau rebah.

Sayyidina Ali kemudiannya telah diusung pulang ke rumahnya oleh Sahabat. Ketika itu ramai yang ingin membalas dendam tetapi Sayyidina Ali sendiri dengan lapang dada dan ikhlas langsung tidak menyebut tentang balas dendam. Umat Islam merasa sedih melihat keadaan sayyidina Ali yang semakin lemah.

Sayyidina Ali tahu bahawa sudah hampir masanya untuk beliau menyusuli Rasulullah SAW dan tiga orang Khalifah baginda sebelum ini.

Dalam keadaan sangat yang sungguh berat itu, Sayyidina Ali sempat berwasiat:

Ku wasiatkan kepada kamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah. Janganlah kamu mengejar-ngejar dunia walau dunia mengejar kamu dan janganlah menyesal jika ada sebahagian dunia itu terlepas darimu. Hendaklah kamu mengatur baik-baik urusan kamu dan jagalah hubungan persaudaraan antara kalian. Ketahuilah, pertengkaran itu merosakkan agama dan ingatlah bahawa tidak ada kekuatan apa pun selain atas perkenan Allah. Perhatikan anak-anak yatim agar jangan sampai mereka kelaparan dan jangan sampai kehilangan hak. Perhatikan Al Quran, jangan sampai kamu mendahulukan orang lain dalam mengamalkannya. Perhatikan tetangga kamu sebab mereka adalah wasiat Nabi kamu.

#sebarkan Wasiat Sayyidina Ali ini. besar ganjarannya. Semoga Allah limpahkan ganjaran pahala yang amat besar pada yg menyampaikan Ilmu. Semoga bermanfaat untuk semua. #Allahuakhbar Allahuakhbar!!!!

Wassalam!!!! .

Rabu, 9 Mei 2012

KISAH SEORANG PEMUDA KADER AHLI SIHIR


Dahulu ada ada seorang Raja mempunyai seorang Ahli Sihir. Setelah Ahli Sihir itu tua, ia meminta kepada Raja agar mengirimkan orang pemuda untuk dikader menjadi ahli sihir. Maka dikirimlah kepadanya seorang pemuda -menurut riwayat Ibnu Ishak di Sirah Ibnu Hisyam, nama pemuda ini Abdullah bin Tsamir–.

Di tengah perjalanan untuk belajar ilmu sihir, Pemuda itu berjumpa dengan seorang Rahib. Lalu duduk sejenak dan mendengarkan kata-kata sang Rahib hingga ia tertarik. Maka sejak itu setiap hari ia akan ke tempat Ahli Sihir, ia singgah terlebih dahulu ke tempat sang Rahib untuk mendengarkan ilmu yang diberikannya. Akibatnya, si Pemuda selalu terlambat tiba di tempat Ahli Sihir. Gurunya, si Ahli Sihir, menghukum pukul si Pemuda atas keterlambatannya.

Si Pemuda menceritakan kepada sang Rahib bahwa ia selalu dihukum guru sihirnya karena selalu terlambat. Sang Rahib menyarankan, “Bilang kepadanya, engkau menyelesaikan pekerjaan rumah dahulu. Kalau kamu takut dimarahi keluargamu karena pulang terlambat, katakan kepada mereka ada pekerjaan dari guru sihirmu.”

Suatu ketika dalam perjalanan si Pemuda bertemu dengan binatang yang sangat besar dan membuat orang-orang takut. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Sekarang saatnya aku mencoba, siapakah yang lebih baik: Rahib atau Ahli Sihir.” Lalu ia mengambil sebuah batu dan berucap, “Ya Allah, jika yang benar bagimu adalah Rahib dan bukan Ahli Sihir, maka bunuhlah binatang itu agar orang-orang tidak terganggu.” Ia lempar batu itu. Kena. Binatang itu mati.

Segera si Pemuda menemui Rahib. Ia ceritakan semua peristiwa yang baru terjadi. Sang Rahib berkata, “Anakku, hari ini engkau lebih baik dari aku. Engkau akan mendapat cobaan. Janganlah engkau beritahu tentang aku.”

Bersamaan dengan berjalannya waktu, si Pemuda memiliki keistimewaan. Ia mampu menyembuhkan orang buta, mengobati penyakit kulit, dan berbagai penyakit lainnya. Keahliannya ini sampai ke telinga seorang Pengawal Raja yang buta. Pengawal Raja ini datang sambil membawa banyak hadiah. “Jika engkau mampu menyembuhkanku, engkau mendapat hadiah yang istimewa,” katanya.

Si Pemuda menjawab, “Aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun. Yang dapat menyembuhkan hanyalah Allah swt. Kalau engkau beriman kepada Allah, aku akan berdoa agar Allah swt. menyembuhkanmu.”

Si Pengawal pun beriman. Allah swt. menyembuhkan matanya. Pulanglah ia ke istana dan kembali bertugas mendampingin Raja seperti biasa. Tentu saja Raja kaget. Pengawalnya sudah tidak buta lagi.

“Siapa yang menyembuhkanmu?” tanya Raja.

“Tuhanku,” jawab si Pengawal.

“Apakah ada Tuhan selain aku?” tanya Raja lagi.

“Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah,” jawab si Pengawal.

Raja marah. Ia memerintahkan pengawal-pengawalnya yang lain untuk menyiksa si Pengawal beriman itu. Raja ingin tahu siapa orang di balik perubahan akidah Pengawalnya itu. Maka tersebutlah nama si Pemuda.

Raja luar biasa murka. Si pemuda dipanggil untuk menghadap. Raja berkata, “Wahai anak muda, sihirmu telah mampu menyembuhkan orang buta dan orang yang terkena penyakit kulit. Engkau juga mampu melakukan yang tak dapat diperbuat orang lain.”

Si Pemuda berkata, “Aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun. Yang dapat menyembuhkan hanya Allah swt.”

Mendengar jawaban itu Raja murka. Ia menyiksa Pemuda itu. Raja menyiksanya terus menerus hingga tersebutlah nama sang Rahib sebagai guru si Pemuda. Raja memerintahkan pengawal-pengawalnya untuk menangkap sang Rahib. Setelah sang Rahib berhasil di hadirkan, Raja berkata, “Keluarlah dari agamamu!” Sang rahib menolak. Ia dihukum gergaji. Tubuhnya terbelah menjadi dua dari kepala hingga tubuh bagian bawah.

Raja juga memerintahkan Pengawalnya yang telah beriman untuk keluar dari keyakinan barunya, “Keluarlah dari agamamu!’ Si Pengawal menolak. Ia pun dihukum gergaji. Tubuhnya terbelah menjadi dua, dari kepala hingga ke tubuh bagian bawah.

Lalu Raja memanggil si pemuda. “Keluarlah kamu dari agamamu!” Si Pemuda menolak. Raja menyuruh beberapa pengawalnya membawa Pemuda itu ke atas gunung. “Jatuhkan dia dari puncak gunung kalau dia tidak mau keluar dari keyakinannya.”

Setelah sampai di puncak gunung si Pemuda berdoa, “Ya Allah, tolonglah aku dari mereka.” Gunung pun bergoyang. Para pengawal yang akan mengeksekusi si pemuda itu jatuh. Mati.

Si Pemuda yang selamat datang kepada Raja. Raja heran, “Apa yang mereka perbuat kepadamu?” “Aku telah diselamatkan oleh Allah swt.,” tegas si Pemuda.

Maka Raja memerintahkan pengawalnya yang lain untuk membawa si Pemuda ke tengah laut. Lemparkan jika ia tidak keluar dari agamanya, begitu perintah Raja. Ketika sampai di tengah laut, si Pemuda berdoa, “Ya Allah, tolonglah aku dari mereka.” Tiba-tiba perahu oleng. Terbalik. Semua tewas tenggelam, kecuali si Pemuda.

Sekali lagi si Pemuda menghadap Raja. Raja terkejut, “Apa yang terjadi?” Dengan tegas si Pemuda berkata, “Allah membinasakan mereka dan menolong aku.” Lalu ia menambahkan, “Engkau tidak akan bisa membunuhku kecuali engkau mengikuti saranku.”

“Apa itu?” tanya Raja.

“Kumpulkan rakyatmu di sebuah lapangan luas dan engkau salib aku di sebatang kayu. Lalu panah aku dengan busur milikku sambil kau ucapkan bismillah Rabb ghulam, dengan nama Allah Tuhan pemuda ini. Jika engkau lakukan itu, engkau akan berhasil membunuhku.”

Raja pun melakukan apa yang disarankan si Pemuda. “Bismillah Rabb ghulam,” ucap Raja. Panah pun meluncur. Tepat menembus pelipis si pemuda. Si pemuda meletakkan tangannya di pelipis yang terkena anak panah. Ia pun menghembuskan nafas terakhir. Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu berkata, “Kami beriman kepada Tuhannya pemuda ini.”

Seseorang berkata kepada Raja, “Tidakkah engkau saksikan apa yang engkau khawatirkan? Orang-orang telah beriman kepada Tuhannya pemuda itu.”

Raja murka luar biasa. Ia memerintahkah tentaranya membuat parit lalu mengisi parit itu dengan api yang membakar. “Yang tetap beriman kepada Tuhannya pemuda itu, ceburkan ke dalam parit itu!” titah Raja terucap. Maka, satu per satu orang-orang yang beriman kepada Tuhannya si Pemuda diceburkan ke dalam parit berapi itu. Sampai giliran seorang wanita yang menggendong anaknya. Ia ragu untuk mencebut ke dalam kobaran api. Anaknya berkata, “Wahai ibu, sabarlah. Lakukan, engkau berada dalam kebenaran.”

Begitulah, kisah orang-orang yang beriman sebelum kita. Rasulullah saw. menceritakannya kepada kita seperti yang diriwayatkan Muslim (3005), Tirmidzi (3340), Ahmad (6/17, 18), Nasa’i (11661), Ibnu Hibban (873), Tharani (7319), Ibnu Abi Ashim (287). Mereka telah membuktikan kebenaran iman mereka. Dan pasti akan tiba giliran kita untuk diuji? Semoga Allah swt. mengokohkan iman di hati kita apa pun yang terjadi. Amin.

Dalam Sirah Ibnu Hisyam, Tafsir Ibnu Katsir, dan Mu’jam Al-Buldan disebutkan, jenazah Pemuda ini ditemukan di zaman Khalifah Umar bin Khaththab. Jari si Pemuda tetap berada di pelipisnya seperti ketika ia dibunuh. Penemuan ini terjadi saat seorang penduduk Najran menggali lobang untuk suatu keperluan. Ketika tangan si Pemuda ditarik dan dijauhkan dari pelipisnya, darah memancar dari luka panas. Jika tangannya dikembalikan ke posisi semula, darah itu berhenti mengalir. Di tangan si Pemuda tertulis kata-kata Rabbku adalah Allah. Mendengar kabar itu, Umar bin Khaththab memerintahkan agar jasad di Pemuda dibiarkan seperti semula.

Ibnu Katsir berkata, “Kisah itu terjadi antara masa Isa bin Maryam a.s. dengan Rasul Muhammad saw., dan ini lebih mendekati. Wallahu a’lam.”

Wassalam!!!! .

RAHSIA HURUF ALIF, LAM DAN MIM DALAM SURAT KHALIFAH


Diceritakan bahawa Sultan Mahmud telah mencabar Khalifah Al-Qadir Billah di Baghdad, mungkin kerana timbul suatu perselisihan faham. Sultan Mahmud menghantar utusan kepada Khalifah Al-Qahir dengan membawa surat ugutan bahawa beliau sanggup menghantar pasukan bergajah untuk melanggar dan memporak perandakan Baghdad. Diterangkannya pula bahawa gajah-gajahnya boleh mengangkat bumi Baghdad dan dibawa ke Ghazanah.

Khalifah Al-Qadir tidak tinggal diam, beliau terus mengirim surat cabaran. Anehnya surat Khalifah hanya mengandungi tiga huruf saja iaitu: ( Alif, Lam, Mim ) Sultan bingung ketika menerima surat tersebut kerana tidak faham apa maksudnya. Beliau memanggil pakar-pakar bahasa, tapi mereka juga tidak mengetahui maksudnya.

Ahli-ahli Tafsir dan Al-Quran juga dipanggil dan mereka berusaha mempadan-padankan surat Khalifah itu dengan surah-surah di dalam Al-Quran yang diawali dengan huruf Alif Lam Mim, tapi tidak sesuai. Ia tidak dapat dihubung kaitkan dengan kandungan surat Khalifah yang dihantar kepada Sultan.

Dalam keadaan Sultan bingung mencari orang yang lebih pakar lagi, tampil seorang pemuda yang selama ini tidak diambil kira oleh mereka.

“Kalau Sultan mengizinkan, saya cuba untuk mempelajari rahsia surat itu.” kata si pemuda.

Para pegawai istana melaporkan tawaran si pemuda kepada Sultan, dan baginda mengizinkannya.

“Panggil dia ke sini.” kata Sultan.

Si pemuda masuk dan surat itu pun dihulurkan kepadanya. Setelah berfikir beberapa minit, si pemuda bertanya: “Apakah Sultan pernah menghantar surat kepada Khalifah yang berisi ugutan untuk menyerang dengan menggunakan tentera bergajah?”

“Betul, betul. Tapi apa hubungannya?” tanya Sultan.

“Kalau begitu, Khalifah telah menghantar surat kepadamu yang ertinya: “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentera bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?” (Al-Fil: 1-2)

“Oh... betul tuanku. Khalifah telah menyahut cabaran tuanku.” kata para pakar bahasa dan Tafsir hampir serentak. Sultan merasa gembira dan berterima kasih kepada si pemuda dan diberinya hadiah yang banyak. Mereka juga merasa gelihati sendiri kerana telah berpusing-pusing membongkar Tafsir dan mengkaji surah-surah yang dimulakan dengan Alif lam mim, tapi ternyata ia hanyalah hujung surat Al-Fil.*

Aristotles berkata: “Orang yang berakal dapat menangkap fikiran orang yang berakal. Sedang orang yang bodoh tidak dapat menerima fikiran orang yang berakal, bahkan tidak dapat menerima orang bodoh.”

Wallahua'lam

Wassalam!!!! .